Dr. Mariman Darto, M.Si
Riset dan menulis adalah bagian penting kehidupannya. Sejak Lulus dari S1 Manajemen UMM, lalu melanjutkan S2 di Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik (MPKP) UI dan terakhir S3 ilmu manajemen Universitas Mulawarman, dedikasi dan komitmen terhadap profesinya tak berubah. Baginya, karir sebagai peneliti sejak di CIDES selama 10 tahun adalah bekal penting di Lembaga Administrasi Negara dan menghantarkannya menjadi Kepala Puslatbang KDOD LAN sejak 2014 sampai sekarang. Menulis adalah instrumen pengubah dan pencerah kehidupan.

Percaya

Dilihat : 277 kali.
motherconsult.co.nz

YUDI LATIF

Saudaraku, apa yang bisa kita pertaruhkan dalam kompetisi global dengan gerak mobilitas yang bergegas, saling terkait, merobohkan tapal batas, dan menciptakan arena permainan yang merata (flat)?

Jawaban yang muncul sebagai tumpuan daya saing umumnya hanya merujuk aset-aset ”teraba” (tangible): sumberdaya material, tenaga terampil, arus investasi, prosedur demokrasi, legislasi dan sejenisnya.

Orang seringkali melupakan kearifan tradisional. Bahwa di balik perubahan cepat serempak, ada elemen konstanta yang sepanjang masa tetap jadi jangkar kekuatan masyarakat. Salah satunya adalah kekuatan karakter sebagai aset tak teraba (intangible).

Dalam hal itu, ada baiknya kita simak pernyataan Lee Kuan Yew mengenai ”trust”, sebagai modal terpenting dalam usahanya mentransformasikan Singapura yang miskin jadi negara maju. ”Modal kami cuma kepercayaan dan keyakinan rakyat, kerja keras, hemat, haus belajar, serta kesadaran bahwa tindakan korup, khianati kepercayaan rakyat, akan menghancurkan segala harapan.”

Masalah trust ini bukan hanya penting dalam kehidupan politik tetapi juga dalam daya saing perekonomian bangsa. Francis Fukuyama menyimpulkan, “Kemakmuran suatu bangsa, dan juga kemampuannya untuk berkompetisi di pasar global, dikondisikan oleh suatu karakteristik kultural yang bersifar pervasif, yakni tingkat “percaya” (trust) yang secara inheren ada dalam masyarakat tersebut.”

Dalam pandangannya, kita tak dapat memisahkan kehidupan ekonomi dari kehidupan budaya. Dalam suatu era ketika “modal sosial” sama pentingnya dengan “modal fisik”, hanya masyarakat dengan tingkat kepercayaan dan amanah yang tinggilah yang akan mampu menciptakan fleksibilitas, organisasi bisnis berskala luas yang diperlukan untuk berkompetisi dalam perekonomian global.

Alhasil, Jika bangsa ini kehilangan sumberdaya material, kita cuma kehilangan sesuatu. Jika kita tak kunjung menemukan pemimpin yang tepat, kita cuma kehilangan seseorang. Namun jika bangsa ini kehilangan karakter dan rasa percaya, maka kita akan kehilangan segalanya.

Marilah kita muliakan rasa saling percaya, dengan kesungguhan mengemban kepercayaan publik, dibarengi semangat saling berbagi dan saling menghormati.

(Makrifat Pagi, Yudi Latif)
https://www.instagram.com/p/CRFUhYbFQc5/?utm_medium=share_sheet

You may also like...

2 Responses

  1. aidin adrian says:

    jadi teringat bedah buku the great disruption jaman msh kuliah… pemikiran dan lanscape yg brilian dr seorang francis fukuyama.. trims pak mariman telah mengingatkan kembali?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

English English Indonesian Indonesian